sponsor

Slider

Events

Zona Cadas

Interview

Album Review

Band Profile

Info Cadas

Cover Album

» » Akbar Haka, Pentolan Band Metal yang Berhijrah

 
ZONA CADAS
Akbar Haka saat beraksi di atas panggung dan menghadiri acara keagamaan
ZONA CADAS - Merawat jenggot serta berpenampilan lebih agamais. Gaya ini sekarang jadi pilihan Akbar Haka.  Dengan tidak melepas aktivitasnya sebagai seniman musik, pentolan grup band Kapital itu juga sedang fokus berdakwah. Nama Akbar Haka makin merebak, kala dirinya sukses menghadirkan lima band rock dunia ke Tenggarong. Kini pria berdarah Kutai-Dayak itu sedang getol menuntut ilmu agama.


Pemilik nama lengkap Akhmad Akbar Haka Saputra ini merupakan owner Manajemen Distorsi. Dia juga vokalis band beraliran keras bernama Kapital yang sudah merambah pelosok Nusantara bahkan mancanegara. Selama lima tahun terakhir, komunitas ini juga sukses menyelenggarakan festival musik rock gratis bertaraf internasional, dengan penonton terbanyak di Indonesia. Festival bertajuk Rockin Borneo itu sukses mengundang sejumlah band ternama dunia. Seperti Sepultura, Testament, Hellowen, Firehouse dan Michael Learns to Rock (MLTR). Tentu saja disertai dukungan Bupati Kutai Kartanegara (Kukar) Rita Widyasari.


Dalam sebuah kesempatan, Rita menyebut, Akbar sebagai ustaz rocker. Ucapan itu disampaikan Rita dalam sebuah konferensi pers menyambut kedatangan MLTR tahun lalu. Bukan tanpa alasan, konsep festival musik rock internasional kala itu disajikan sangat berbeda. Misalnya saja ada sesi salat Magrib dan Isya berjamaah. Panitia juga mengundang ustaz untuk mengisi ceramah keagamaan serta kelompok hadrah untuk melantunkan salawat. Menurut Haka, banyak orang yang salah menilai pencinta musik rock. Terutama dalam sisi keagamaan.


"Kami ingin membuat malu orang-orang yang menganggap pencinta musik rock ini adalah orang tidak beragama. Padahal, kami sendiri punya majelis. Sekaligus kami juga mengajak para rocker untuk salat berjamaah," ujarnya.


Selain mendatangkan seorang ulama ternama, fasilitas untuk menggelar salat berjamaah pun disediakan lengkap oleh panitia. Dari tempat salat serta ketersediaan tempat berwudu. "Kami ingin menyampaikan pesan bahwa anak metal atau anak rock itu tidak sebar-bar yang sebagian orang pikirkan. Kami itu kritis dan peduli. Maka kita pun saling mengingatkan. Pada saat waktunya salat, maka kita pun salat. Saat bermain musik, ya main musik," katanya.


Jadi, di tengah gempuran dan entakan musik keras, tiap acara yang dihelatnya selalu berhenti sejenak saat memasuki waktu salat tiba.


DISTORSI

Akbar Haka selaku pendiri Distorsi pun menceritakan, pada 2006, Distorsi mulanya merupakan studio band sekaligus komunitas pencinta musik rock. Saat itu, mereka risau dengan berbagai persoalan sosial. Seperti, penderita penyakit HIV/AIDS jumlahnya meningkat tajam.


Selain itu, para pecandu narkoba di Tenggarong, Kukar, sangat mengancam hancurnya generasi muda. Distorsi pun menyuarakan kampanye antinarkoba dan HIV/AIDS dengan menggelar konser bertajuk Tenggarong Berisik. "Dari acara inilah kita suarakan bahwa penderita narkoba itu tidak perlu dijauhi. Tetapi virusnyalah yang harus dihindari serta diketahui dampaknya apa saja," kata Haka.


Sukses dengan acara itu, Distorsi dan konser Tenggarong Berisik makin dikenal ke kalangan komunitas musik rock Tanah Air. Sejak 2012, komunitas Distorsi lalu mendapat dukungan dari Rita Widyasari. Tak tanggung-tanggung, tanpa menggunakan APBD, Kukar Rockin Fest (KRF) mengundang band beraliran keras bertaraf dunia. Kala itu, kata Haka, tak sedikit yang mencibir acara tersebut. Apalagi, musik aliran keras dianggap tidak merakyat dan diminati sebagian orang saja. Namun faktanya berlawanan. Banyak respons positif dan pengunjung saat event di helat.


HIJRAH

Kapan hijrah Akbar terjadi? Dia menceritakan, proses hijrah itu, dirasakannya pertama kali saat kehilangan seorang sahabat dalam penyelenggaraan KRF 2015. Sahabat asal Makassar yang akrab disapa Tibo itu meninggal dalam sebuah kecelakaan.


Tibo kala itu juga menjadi panitia penyelenggara KRF. Insiden yang menimpa salah seorang sahabat Akbar itu terjadi saat sepulangnya mempersiapkan acara KRF. Akbar pun mengaku begitu terpukul dan sedih saat menyaksikan detik-detik sahabatnya itu meninggal. Akbar menceritakan, saat itu, dirinya yang juga ikut membawa langsung Tibo ke rumah sakit di Samarinda. Hingga mendampinginya saat meninggal. Kesedihan Akbar pun nyaris sulit diakhiri. 


"Sejak itu, saya merasa selama ini sibuk mengurus musik. Sisi religi saya tidak terurus. Salat juga hanya Senin-Kamis saja. Saya berpikir hidayah adalah milik Allah. Saya pun merasa berproses saat itu. Saya mulai merasa tenang saat mulai berkegiatan yang berhubungan dengan religi. Seperti mengikuti majelis di sejumlah tempat untuk menuntut ilmu agama," kata Akbar.


Sejak itulah, dia juga membuat perkumpulan pengajian yang diberi nama majelis Distorsi Al Khaer Wal Barokah yang berarti Kebaikan dan Keberkahan. Sebenarnya, kata dia, dia mengakui sempat mengakhiri kariernya di dunia musik metal. Bahkan, berniat mengundurkan diri dari vokalis Kapital. "Saat itu, bagi saya meninggalnya sahabat saya menjadi pukulan telak bagi saya. Saya sangat shock. Namun, setelah saya pahami, semua orang sedang mengantre untuk berpulang kepada-Nya. Banyak yang berpikir menunggu tua untuk belajar agama. Tapi, saya memilih mulai berdakwah dan mempelajari ilmu agama setelah gelaran KRF tahun 2015 itu," terangnya.


Dia pun bersyukur dalam majelis tersebut mampu menjadi magnet sejumlah komunitas anak muda di Kukar. Tak hanya pencinta musik rock, tapi juga seperti komunitas fotografer, anak motor dan lain. Sejumlah ilmu terkait keagamaan pun dibahas dalam majelis tersebut. Mulai tata cara salat yang benar, mandi wajib, hingga ilmu fiqih lain. "Pikiran saya berhenti bermusik ternyata salah. Karena kalau demikian, berarti saya hanya ingin selamat sendiri saja. Kita mungkin di jalan yang benar, tapi komunitas kita belum. Maka, bermusik ini pilihan saya untuk menjadikannya sebagai kendaraan dakwah. Apalagi banyak masukan bahwa sebagai owner Distorsi, basis masa target dakwah juga sangat besar," ungkap Akbar Tak cukup dengan majelis Distorsi bentukannya, selama sepekan penuh, akbar beserta komunitasnya memiliki jadwal pengajian di sejumlah tempat yang berbeda-beda. Di sana, sejumlah ilmu keagamaan seperti tafsir Alquran, ilmu fiqih, hingga mempelajari kitab, dilakukan. Hingga akhirnya, banyak band rock di Kukar lainnya juga ikut proses hijrah tersebut. ari hal sederhana, perbuatan dakwa Akbar dilakukan. Seperti mem-posting kegiatan majelis di sejumlah akun media sosial milik Distorsi, band Kapital hingga akun pribadinya. 

"Tadinya dengan mem-posting foto serta mengajak tersebut, ada yang menganggapnya ria serta pamer. Tapi dari masukan seorang guru kami, bahwa itulah bagian dari dakwah perbuatan. yang penting niat serta komitmen untuk berdakwah. Bagi kami ini ajakan secara tidak langsung. Karena kami mungkin belum mampu menghafal banyak ayat Alquran dan hadis. Tapi dengan beginilah kami ingin berdakwah maksimal," ujar ayah dari Tasya Melodi Akbar itu.


Saat disinggung keberadaan tato di sejumlah bagian tubuhnya, Akbar pun mengaku menyesali hal tersebut. Dia sadar, memiliki tato serta tindik di telinga menjadi kesalahan fatal pada masa lalu. Dia bercerita, pertama kali dirinya menato tubuhnya saat usia 19 tahun. Lantaran pengetahuan agama yang masih minim, di tambah lingkungan Akbar kala itu, membuat dirinya tak menghiraukan masa depan sehabis tubuh dipenuhi tato. 


Masa kuliah di Bandung, dia juga akrab dengan dunia jalanan. Mulai kegiatan menyablon hingga berdagang. Bagian tubuh Akbar yang ditato seperti lengan, dada, dan punggung. "Saya sempat berniat menghilangkan tato tersebut. Tapi saya berkonsultasi dengan seorang ustaz, beliau menyarankan tidak usah, karena akan merasakan sakit. Tapi tentu saja disertai dengan tobat bersungguh-sungguh dan tidak menambah lagi tato tersebut. Ditambah kegiatan dzikir yang banyak," tambahnya.


Tato di tubuh Akbar, yaitu gambar anaknya, lirik lagu yang pernah ia tulis hingga gambar bunga terung. Selain memadukan kegiatan musik dengan keagamaan, Akbar ingin aktivitasnya berkesenian juga bisa memperkenalkan budaya lokal khas Kalimantan. Karena itulah, berbagai kegiatan musik yang ia helat, selalu tersaji dengan kegiatan khas Kalimantan. 


Yang menarik, tanpa disadari, lirik lagu Kapital banyak yang bercerita tentang religi. Seperti “Bermain Peran”, “Hitam Kelam Arah Jejak”, “Bangga akan Dosa”, hingga “Mendoktrin Tuhan”. (OBZ)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: